iden(021) 29407040 Sen - Jum : 08:00 - 17:00
info@energyequity.co.id

Program Sapi Bergulir EEES Berjalan Sinergis dan Berkelanjutan

ENERGY Equity Epic Sengkang Pty.Ltd (EEES) merupakan Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) yang mengoperasikan Blok Migas Sengkang yang berlokasi di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan dibawah pengawasan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Migas (SKK Migas).

Sejak berproduksi tahun 1997 EEES telah memproduksi gas alam dari 3 (tiga) sumur gas yang masing–masing berlokasi di Kelurahan Macanang, Kecamatan Majauleng, lalu di Desa Lamata dan Desa Poleonro, Kecamatan Gilireng. Gas mentah dari ketiga sumur gas tersebut dialirkan ke Central Processing Plan (CPP) Kampung Baru di Desa Poleonro Kecamatan Gilireng untuk kemudian dialirkan ke PLTGU Sengkang.

Hasil tiga sumur gas ini ikut mendukung penyediaan tenaga listrik di Sulawesi Selatan, Barat dan Tenggara. Selain CPP EEES juga membangun sarana pendukung operasi lainnya untuk menunjang sarana produksi  yaitu basecamp untuk personil operasi di Desa Abbatireng dan gedung perkantoran di Desa Poleonro, Kecamatan Gilireng.

Kepedulian terhadap kondisi masyarakat di daerah operasinya menjadi hal yang sangat diperhatikan EEES. Perusahaan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang beroperasi di lapangan gas Kampung Baru di Kecamatan Gilireng, Kabupaten Wajo ini terus  perperan positif untuk kesejahteraan masyarakat sekitar. Di antaranya melalui program program Corporate Social Responsibility (CSR).

Di bawah pengawasan dan pembinaan SKK Migas, program CSR EEES diarahkan menyentuh lapisan masyarakat golongan ekonomi lemah, sehingga diharapkan dapat berperan dalam turut menekan angka kemiskinan.

Setelah melalui serangkaian pengkajian sosial dan potensi wilayah, di sekitar penghujung tahun 2011 silam EEES menggagas “Program Ternak Sapi Bergulir”. Program ini merupakan hasil koordinasi yang apik antara Dinas Peternakan Kabupaten Wajo, pemerintah kecamatan, dan pemerintah desa di sekitar daerah operasi EEES.

Skema Program Ternak Sapi Bergulir adalah membagikan ternak lima ekor sapi betina bakalan kepada kelompok ternak yang juga beranggotakan 5 orang. Untuk menjamin kualitas sapi bakalan indukan, Dinas Peternakan menugaskan tim dokter hewan melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap sapi yang akan diberikan, sekaligus memastikan sapi bantuan bebas dari penyakit. Spesifikasinya pun harus  memenuhi kriteria yaitu tinggi punuk minimal 103 cm dengan usia minimal 2 tahun. Untuk memastikan ketepatan sasaran, EEES pun bekerjasama  pemerintah daerah, kecamatan dan desa untuk menentukan warga penerima manfaat. Melalui suatu proses verifikasi, penerima manfaat dipastikan sebagai warga belum sejahtera tetapi memiliki kemampuan untuk berternak sapi.

Perguliran

Aspek keberlanjutan adalah hal utama dalam menyusun strategi program CSR. Berkaca dari kegagalan sebelumnya, aspek perguliran ternak adalah kunci untuk keberlangsungan dan keberlanjutan program.
Setelah pemeriksaan ternak dan verifikasi penerima manfaat dilakukan, ternak sapi betina dibagikan kepada anggota kelompok penerima manfaat untuk dipelihara dan dikembangbiakkan. Perguliran dilakukan setelah ternak sapi dipelihara selama 3 tahun atau telah mempunyai 2 anak. Untuk menjaga kualitas sapi tetap baik, perguliran dilakukan dengan dua cara yaitu:
Pertama, penerima manfaat menggulirkan ternak yang terlebih dahulu harus diverifikasi oleh tim dokter hewan. Kedua, penerima manfaat menyetor sejumlah uang seharga sapi yang sesuai spesifikasi kepada pendamping program untuk kemudian dibelikan sapi sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati yaitu tinggi punuk 103 cm dengan usia minimal 2 tahun.
Dengan mekanisme perguliran semacam ini, kualitas ternak yang digulirkan dapat dipertahankan dan penerima manfaat berikutnya dapat mendapatkan ternak sapi dengan kualitas yang sesuai dan layak, tidak terlalu kecil atau berpenyakit. Setelah melakukan kewajiban perguliran penerima manfaat dikategorikan telah “mandiri” dengan 2 ekor sapi yang sudah menjadi miliknya.
Melalui skema dan mekanisme perguliran seperti ini, keberlanjutan program dapat dipertahankan. Seiring dengan perjalanan waktu, manfaat program dapat dirasakan oleh lebih banyak warga namun demikian perusahaan sudah tidak perlu mengeluarkan pembelian sapi untuk membantu warga lainnya.

Manajemen EEES dan SKK Migas meninjau perkembangan ternak sapi bergulir

Pendamping Program

Program ternak sapi bergulir bukanlah sesuatu yang baru, program semacam ini sudah beberapa kali dicoba pemerintah melalui bentuan-bantuan hibah ke masyarakat. Meskipun demikian program seperti ini banyak menuai kegagalan dengan berbagai sebab. Penyebab paling berpengaruh adalah kurangnya pengawasan program.
Ternak sapi yang telah dibagikan, pemeliharaan dan perkembangannya tidak diawasi sehingga mekanisme perguliran yang telah ditentukan sulit dilaksanakan. Alih-alih terjadi perguliran, indukan sapi yang dibagikan lenyap entah kemana dan kerapkali menyisakan persoalan hukum bagi pihak-pihak yang terlibat.
Pengawasan nampaknya menjadi faktor kunci dalam program ternak sapi bergulir terlebih kondisi kelompok ternak saat ini belum dapat berternak secara berkelompok. Hal ini disebabkan mekanisme pemilihan penerima manfaat yang berbasis kriteria, beberapa penerima manfaat kadang bertempat tinggal agak berjauhan dengan anggota kelompok lainnya dan ternak bantuan seringkali harus diternak secara sendiri-sendiri.
Menyadari risiko kondisi ini, EEES membentuk tim pendamping program yang terdiri dari seorang dokter hewan dibantu seorang staf. Tugas utama tim pendamping adalah melakukan pengasawan terhadap ternak sapi. Pemantauan yang dilakukan mencakup kondisi kesehatan sapi, kematian, kehilangan dan kelahiran anak sapi baru.

Data pemantauan didokumentasikan tiap bulan dalam bentuk laporan. Bilamana ada penerima manfaat yang telah memenuhi syarat untuk melakukan berguliran maka tugas pendamping adalah melaksanakan perguliran dengan memastikan sapi yang akan digulirkan harus memenuhi kriteria serta berkomunikasi dengan penerima setempat untuk menentukan calon penerima perguliran.
Selain mengawasi perguliran ternak, tim pendamping juga memberikan layanan kesehatan hewan kepada warga penerima manfaat. Bila ada ternak yang sakit, penerima manfaat dapat menghubungi tim pendamping untuk memperolah layanan kesehatan secara cuma-cuma. Disamping itu kegiatan pendampingan juga mencakup penyuluhan dan peningkatan kapasitas anggota kelompok dalam berternak seperti pelatihan pembuatan pakan ternak dengan teknik fermentasi.

Berkesinambungan

Program ternak sapi bergulir dilaksanakan secara bertahap dalam beberapa tahun. Dimulai pada tahun 2011, tiga desa/kelurahan terdekat menjadi sasaran program yaitu Desa Poleonro dan Desa Alausalo di Kecamatan Gilireng serta Kelurahan Macanang di Kecamatan Majauleng.
22 ekor sapi disalurkan ke 3 kelompok penerima manfaat yang beranggotakan 7-8 orang per kelompok. Ketiga kelompok ini adalah semacam pilot project untuk melihat sejauh mana skema perguliran ini dapat berjalan sesuai rencana.
Sebagai pilot project, perguliran pada tiga kelompok awal ini menemui banyak tantangan. Beberapa hal yang menjadi kendala adalah penerima manfaat memelihara ternak bantuan ini di daerah terpencil karena alasan pakan. Hal ini membuat pendamping kesulitan melakukan pemantauan, kondisi ini juga seringkali mengakibatkan kematian bagi anak sapi yang baru lahir karena kondisi lingkungan yang ekstrim di daerah pengembalaan.
Setelah mengevaluasi kendala-kendala lapangan, program bantuan indukan sapi ini kemudian dilanjutkan di tahun 2013 dengan memberikan 20 ekor sapi kepada 3 kelompok, disusul dengan bantuan 30 ekor kepada 5 kelompok pada tahun 2014.

Alokasi Bantuan

Sejak tahun 2014, secara perlahan EEES mengurangi bantuan induk sapi seiring dengan suksesnya perguliran dari beberapa kelompok sebelumnya yang sudah dinikmati oleh masyarakat lainnya. Penambahan indukan sapi dari perusahaan hanya diberikan kepada desa yang proses pergulirannya lancar sebagai penghargaan, yaitu Desa Lamata yang diberikan 4 ekor pada tahun 2018 dan 6 ekor pada tahun 2022.
Adapun Desa Alausalo diberikan 3 ekor tambahan pada tahun 2021 untuk mencukupkan 3 ekor yang berasal dari hasil perguliran sehingga dapat dibentuk kelompok baru beranggotakan 6 orang penerima manfaat.
Berbagai tantangan dan kendala juga mewarnai perjalanan program ternak sapi bergulir, namun tidak menyurutkan usaha dari EEES melanjutkan program. Salah satu upaya yang dilakukan adalah memperkuat tenaga pendamping dengan menambahkan tenaga pendamping kelembagaan kelompok yang bertugas melakukan pemantauan dan pendataan secara “door to door”.
Lainnya memberikan dorongan dan motivasi kepada penerima manfaat untuk serius dalam berternak dan segera melakukan perguliran bila sudah memenuhi syarat dan kriteria yang telah disepakati sebelumnya. Upaya ini membuahkan hasil, menurut data dari pendamping program bulan April 2022, jumlah kelompok saat ini sudah berkembang dari 14 menjadi 27 kelompok atau meningkat sebesar 52% dengan populasi sapi telah meningkat dari 85 ekor menjadi 316 ekor atau mengalami kenaikan sebesar 268% dan masih akan berkembang pada tahun-tahun selanjutnya.

Apresiasi Pemerintah

Pemerintah Kabupaten Wajo berusaha memanfaatkan potensi wilayah yang ada untuk menjadikan daerah ini salah satu lumbung daging di Sulawesi Selatan. Mengusung misi tersebut, pemerintah daerah mengapresiasi upaya EEES dalam mengembangkan sektor peternakan melalui program sapi bergulir.
Dukungan dan apresiasi pemerintah dibuktikan dengan pemberian penghargaan kepada EEES sebagai “Inovator Pengembangan Sapi Bergulir dalam Rangka Mewujudkan Wajo Sebagai Lumbung Daging di Provinsi Sulawesi Selatan” oleh Bupati Amran Mahmud pada bulan Februari 2022.
Bagi EEES, dukungan pemerintah daerah sangat penting dalam kesinambungan program mengingat program ternak sapi bergulir melibatkan multistakeholder yaitu kelompok ternak, pemerintah desa, pemerintah kecamatan dan dinas terkait. Dukungan ini semakin meningkatkan sinergi para pihak yang terlibat dan terkait sehingga kesinambungan program ini akhirnya pada suatu saay dapat menjangkau seluruh masyarakat di wilayah – wilayah sasaran yang tentunya berkontribusi positif pada kesejahteraan masyarakat di sekitar area perusahaan dan ekonomi kawasan. (BF)

Related Posts

Leave a Reply